Maka perhatikan supaya mulai membaca dengan suara yang cukup rendah. Ketinggian suara yang baik ialah ketinggian yang kita pakai untuk berbicara biasa. Dalam pembacaan Kitab Suci, seorang lektor perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain: Artikulasi, Intonasi, Power, Pause/Jeda, Prasering, dan Penjiwaan. Berikut ulasan dari web Panduan Lektor | SilSurya.xyz.
Artikulasi
Membaca lambat adalah syarat mutlak untuk mengucapkan setiap kata dengan baik. Dalam pembicaraan yang cepat, pengucapan kata-kata sering salah dan beberapa kata sama sekali tertelan dan juga beberapa huruf dianaktirikan (hilang diantara huruf-huruf yang lain. Maka demi pengucapan yang baik, lector harus membaca agak lambat. Tetapi kita harus memperhitungkan juga bagaimana kondisi tempat kita berbicara.
Intonasi
Kalau bernyanyi, kita mengucapkan kata-kata dengan memakai suatu lagu. Lagu-lagu itu terdiri dari nada-nada yang dapat ditulis dengan angka. Angka lebih tinggi berarti: nada suara naik, angka lebih rendah berarti: nada suara turun.
Misalnya: kalau orang berseru dengan heran “ehh”, suara dapat naik beberapa not. Tetapi jika orang nmengerang kesakitan “aduh”, suarah dapat turun sampai satu oktaf. Itulah yang disebut intonasi lagu dalam membacakan buku bacaan atau membacakan Kitab Suci.
Menurut Pastor J.Waskito, SJ, nada suara seorang lector ada dua yakni Arsis (kalimat yang tekanan kalimat terakhirnya dinaikan) dan Thesis (kalimat yang tekanan kalimat pada akhir kalimat diturunkan)
Power dan Pemakaian Mic
Banyak gereja memakai pengeras suara, yaitu suatu pelengkap teknik yang terdiri dari mic (microphone), amplifier, dan loundspeaker, yang bertujuan untuk memperluas jangkauan suara pemimpin ibadat atau lektor.
Seorang lektor harus tahu bagaimana pengeras suara dapat dimanfaatkan dengan baik. Banyak pengeras sura tidak memenuhi syarat, kadang- kadang lebih menggagu daripada menolong, karena peralatannya kurang sesuai untuk ruang doa itu, atau karena salah pasang, atau karena alat-alat yang dipakai kurang bermutu. Maka seorang perlu memperhatikan beberapa hal berikut.
- Apakah volume pengeras suara sesuai dengan suara anda? Mungkin pastor yang sedang memimpin Perayaan Ekaristi kebetulan mempunyai suara yang lemah. Kalau demikian, mungkin sekali pengeras suara di gereja disetel terlalu keras untuk suara anda. Padahal tidak mungkin mengubah volume pengeras suara setiap kali seorang lektor lain tampil ke mimbar.
- Lektor harus pandai menentukan jarak. Ya, anda sendiri sebagai lektor harus mengatur volume dengan mengambil posisi lebih dekat atau lebih jauh dari mic. Semakin jauh dari mic, semakin lemah suara pengeras dan sebaliknya. Kalau jarak anda dengan mike sudah tepat, jangan maju mundur lagi, tetapi pertahankan jarak yang sama, supaya suara yang keluar dari pengeras jagan pasang surut terus.
- Ingat, pengeras suara bukan siaran radio. Secara teknis mungkin saja seorang lektor berbicara dengan suara lemah, seperti orang yang duduk-duduk di angkringan sambil minum teh. Asal dekat sekali dengan mic, suara lemah dapat menjadi cukup besar untuk didengar melalui pengeras. Cara bicara yang demikian adalah cocok intuk digunakan di depan mic di studio radio atau di TV.
Pause/Jeda
Unsur ini diperlukan untuk meresapkan pesan dari Kitab Suci bagi umat, juga untuk mengganti suasana.
Frasering
Frasering adalah pengelompokkan kata tetapi belum menjadi kalimat. Contoh: Tetapi seorang Farisi dalam Mahkamah Agama itu / yang bernama Gamaliel, … (Kis.5: 34). Pengelompokkan kata salah, artinya bisa lain. Contoh: Kamu suka makan jambu / monyet?
Penjiwaan
Penjiwaan itu mantab bila kelima kriteria di atas itu terpenuhi. Bila satu diantara lima kriteria di atas tidak tepenuhi, maka penjiwaan menjadi “kering”.
0 komentar:
Posting Komentar