Persiapan lahiriah
Persiapan lahiriah berkaitan dengan penampilan lahiriah seorang lektor. Persiapan lahiriah mulai dari pakaian, make up, tata rambut, sepatu, dan sebagainya diupayakan membantu lektor untuk membacakan Sabda Tuhan. Untuk lektor Gereja Katolik, perhatikan Pedoman Umum Missale Romawi yang menyebut bahwa akolit, lektor dan pelayan awam lain boleh mengenakan alba atau busana lain yang disahkan oleh Konferensi Uskup untuk wilayah gereja yang bersangkutan (PUMR 339).
Penampilan yang wajar lebih membantu dibandingkan yang mencolok. Demikian juga make up, tata rambut, sepatu, dan aneka aksesori yang lain (pada beberapa gereja seorang lektor tidak memakai alas kaki seperti sepatu atau sandal saat bertugas). Hak sepatu yang bersuara nyaring akan menarik perhatian umat dan mengganggu perhatian pada isi bacaan. Yakinan kondisi fisik dalam kedaan sehat dan berfungsi normal (tidak sedang flu, batuk, pilek, sariawan, sakit gigi, tenggorokan kering, dan sebagainya).
Persiapan teknis
Lektor harus mengenali konvensi penulisan dan pembacaan kutipan bacaan. Pada perjanjian lama senantiasa menempatkan nama kitab (Kejadian, Keluaran, Amsal), penulis kitab (Yesaya, Yeremia, Yoel, Amos, dan sebagainya, atau tokoh kitab (Raja-raja, Hakim-hakim). Konvensi penulisannya nama kitab/ penulis/ tokoh diikuti bab:ayat seperti pada contoh berikut.
Konvensi
Penulisan
|
Konvensi Pembacaan
|
Kejadian 1:1-31
|
Kitab kejadian, bab satu, ayat satu sampai tiga puluh satu
|
Yeremia 3:6-13
|
Kitab Nabi Yeremia, bab tiga, ayat enam sampai tiga belas.
|
I Tawarikh 9:35-44
|
Kitab pertama
Tawarikh, bab sembilan, ayat tiga puluh lima sampai empat puluh empat.
|
Daniel 12:1-13
|
Kitab Daniel, bab 12, ayat satu sampai tiga belas.
|
Dalam Liturgi Sabda di mayoritas gereja, lazimnya hanya dibacakan bab dan ayat saja. Jadi pengucapannya tidak menyertakan tema bacaan, seperti pada contoh berikut:
Pembacaan dari Kitab Kejadian 1:1-2:1Lalu bagaimana untuk pembacaan perjanjian baru? Perjanjian Baru dikelompokkan menjadi dua, yaitu Injil dan bukan Injil. Dalam tradisi Kristen, terdapat empat Injil, yakni Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Yang bukan Injil adalah Kisah Para Rasul, Surat Santo Paulus kepada jemaat di Roma, Surat Santo Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus, Surat Santo Paulus yang Kedua kepada Timotius, Surat Yakobus, Surat Petrus yang Pertama, Surat Petrus yang Kedua, Wahyu kepada Yohanes, dan sebagainya. Konvensi penulisannya sebagai berikut:
Konvensi
Penulisan
|
Konvensi Pembacaan
|
Mark. 6:1-5
|
Injil Markus, bab enam, ayat satu sampai lima
|
Ibrani 11:1-40
|
Surat kepada orang Ibrani, bab sebelas, ayat satu
sampai empat puluh
|
Roma 1:1-7
|
Surat Santo Paulus kepada Jemaat di Roma, bab satu
ayat satu samapai tujuh
|
II Kor 4:1-15
|
Surat Santo Paulus yang kedua kepada Jemaat di
Korintus, bab 4, ayat satu sampai lima belas
|
II Tim 2:1-13
|
Surat Santo Paulus yang Kedua kepada Timotius, bab
dua, ayat satu sampai tiga belas
|
II Petrus
1:1-2
|
Surat Santo Petrus yang kedua, bab satu, ayat satu
sampai dua
|
Wahyu 11:15-19
|
Wahyu kepada Yohanes, bab sebelas, ayat lima belas
sampai Sembilan belas
|
Dalam Liturgi Sabda di gereja dan juga di kampus, lazimnya bab dan ayat tidak dibacakan. Jadi untuk Injil dibaca Inilah Injil Yesus Kristus meurut Santo Matius. Untuk yang bukan Injil hanya dibaca: pembacaan dari Kisah Para Rasul, dan sebagainya, seperti pada contoh berikut.
Bacaan Injil: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Santo Matius 28:1-10Yang tak kalah pentingnya adalah seorang lektor harus mengenali tempat,orang, benda, dan peristiwa. Kitab Suci berisi kisah-kisah yang berasal dari lingkungan geografis, alam, sosial, dan budaya yang tertentu yang berbeda dengan lingkungan, geografis, alam sosial, dan budaya Indonesia. Oleh karena itu, seorang lektor sebaiknya mengetahui dan membedakan nama tempat, orang, benda, peristiwa dan sebagainya. Hal tersebut membantu lektor dalam mengintepretasi secara tepat.
Bacaan Non-injil: Pembacaan dari surat Santo Paulus kepada jemaat di Roma 6:3-11
0 komentar:
Posting Komentar