Kata “lektor” berasal dari bahasa Latin lector-oris (kata benda) dan berkaitan dengan kata kerja lectere, lectitere yang merupakan bentukan dari kata kerja legere artinya membaca, membacakan. Dalam Ensiklopedia Gereja Katolik III, 1973, kata lektor berisi dua makna:
- Petugas pria awam yang dilantik secara tetap oleh uskup atau superior untuk memabacakan Kitab Suci (kecuali Injil) dan Mazmur kepada seluruh umat.
- Warga umat, baik laki-laki maupun perempuan yang ditugasi membacakan Kitab Suci dalam perayaan liturgy (KHK kan. 230, 2).
Perubahan dalam Peran Lektor
Tugas pembaca Kitab Suci sudah ada sejak tradisi Yahudi. Tugas ini dilakukan oleh kaum laki- laki yang dipercayakan dan ditunjuk oleh jemaat. Selain membacakan bacaannya, petugas juga mengajarkan isi sabda yang dibacakan.
Dalam tradisi jemaat Korintus, telah terjadi pembagian tugas pelayanan dalam ibadat bersama. Walaupun ada pembagian tugas pelayanan, peran laki- laki sangat dominan seperti halnya pada tradisi Yahudi. Pada masa Yustinus Martir, tidak ada kejelasan mengenai siapa petugas pembaca itu. Di sini hanya dikatakan “seorang pembaca”, tidak jelas laki-laki atau perempuan. Namun, peran lektor sebagai pembaca sangat tegas dan jelas diungkapkan Yustinus Martir dalam Apologi pertamanya.
Perkembangan lain terjadi pada masa Tertullianus. Pada masa itu, peran umat biasa semakin berkurang. Pembacaan sabda di dilakukan oleh lektor yang sudah dikhususkan, maksudnya orang awam yang masuk dalam Ordinationis. Dalam perkembangan selanjutnya, lektor ditempatkan sebagai sebutan salah satu tahap dalam pendidikan calon imam, yakni Pelantikan Lektor Akolit.
Perubahan lektor yang sangat berarti terjadi pada akhir abad ke-4 dan awal abad ke-5. Pada masa itu, tugas membacakan sabda diserahkan kepada awam. Mereka dipercaya membacakan di depan umum. Pada abad pertengahan, perkembangan lektor seakan–akan terputus akibat semakin maraknya kebiasaan umat merayakan Ekaristi pribadi di kalangan klerus (rohaniwan). Liturgi menjadi liturgy klerus dan awam semakin terasing dari Liturgi Gereja.
Pada masa Konsili Trente sampai Konsili Vatikan II, struktur uskup, imam, diakon, dan lektor masih tetap dipertahankan. Persoalan lektor awam belum mendapat tanggapan yang serius dari para Bapa Konsili.
Akhirnya, sejak Konsili Vatikan II hingga sekarang, perkembangan yang luar biasa terjadi. Gereja mau membuka sendiri, mau mengadakan perubahan di segala bidang kehidupan. Pertisipasi umat beriman (awam) dalam liturgi, termasuk lektor semakin digalakkan. Lektor tidak lagi eksklusif untuk kalangan terthabis, namun diberlakukan juga untuk awam dengan suatu pelantikan.
0 komentar:
Posting Komentar