Lektor tak hanya sekadar pembaca kitab suci
Namun lektor ialah penyambung firman Tuhan untuk manusia
Pahami, resapi, dan mendalami firman Allah

Menjadi Seorang Lektor

princeton-97827_1280

Menjadi lektor berarti menjadi pewarta Sabda Allah. Melalui lektor Allah berbacara. Sebelum seorang lektor melaksanakan tugasnya sebagi lektor, dia harus mempersiapakannya terlebih dahulu.

Mengupas Tugas Lektor

san-jose-92464_1280

Dalam web ini akan dibahas mengenai teknik membacakan suatu bacaan dari Kitab Suci serta teknik atau tata gerak pelayan liturgi (secara khusus bagi lektor) dalam Perayaan Ekaristi ataupun ibadat.

Panduan untuk Semua

academic-2769_1280

Panduan ini tidak hanya terbatas pada umat katolik saja. Tetapi juga bagi seluruh umat kristen lain yang memiliki tata cara liturgi leksionari, seperti ortodoks, anglikan, serta lutheran.

Jumat, 29 Januari 2016

Bacalah Firman Tuhan dengan Baik



Setiap orang  yang pernah sekolah di tingkat SD tentu bisa membaca meskipun cara membacanya tidak seefektif tingkat atas. Dalam  membacakan suatu bacaan, tentu kita sering menemukan perbedaan membaca. Hal ini terlihat dengan  jelas ketika kita membandingkan antara pembacaan seorang anak SD yang suaranya putus-putus, anak  SMP atau anak SMA dengan seorang pembaca berita di RRI. Semua ini tentu memiliki perbedaan yang kentara.

Kita sering mengatakan bahwa membaca dengan baik adalah bila kita membaca seakan-akan teks yang dibaca tidak dibacakan tetapi diceritakan dengan kata-kata sendiri. Pendapat  seperti itu tidaklah sepenuhnya benar. Hal tersebut disebabkan karena orang yang membaca Kitab Suci adalah mewartakan Sabda Allah, bukan  ide atau pendapatnya sendiri. Maka pembaca tidak cukup hanya mengucapkan denga nada yang datar (monoton) dengan kata-kata yang dicetak dalam teks bacaan.

Untuk membaca dengan baik, seorang penbaca perluh adanya pelafalan (pronunciation) yang tepat dan pengucapan (articulation) yang jelas. Selain, itu masih banyak kriteria yang perluh diperhatikan. Bacaan tersebut dapat diterima  dan sungguh-sengguh masuk pada  para perdengar, hal ini berarti para pendengar:
  • Mengangkap bacaan di telinga.
  • Dipahami dengan  akal.
  • Dan meresap ke dalam  hati
Maka yang dimaksud dengan menbaca dengan baik adalah bila pembaca membawakan suatu teks dengan memahami serta menghayatinya sendiri, sehingga dalam membacanya ia dapat mengadakan variasi ketegangan, lagu dan irama dan para pendengar dapat menangkapnya dengan telinga, budi, dan hati.

Pengertian dan Sejarah Lektor



Kata “lektor” berasal dari bahasa Latin lector-oris (kata benda) dan berkaitan dengan kata kerja lectere, lectitere yang merupakan bentukan dari kata kerja legere artinya membaca, membacakan. Dalam Ensiklopedia Gereja Katolik III, 1973, kata lektor berisi dua makna:
  • Petugas pria awam yang dilantik secara tetap oleh uskup atau  superior untuk memabacakan Kitab Suci (kecuali Injil) dan Mazmur kepada seluruh umat.
  • Warga umat, baik laki-laki maupun perempuan yang ditugasi membacakan Kitab Suci dalam perayaan  liturgy (KHK  kan. 230, 2).

Perubahan dalam Peran Lektor
Tugas pembaca Kitab Suci sudah ada sejak tradisi Yahudi. Tugas ini dilakukan oleh kaum laki- laki yang dipercayakan dan ditunjuk oleh jemaat. Selain membacakan bacaannya, petugas juga mengajarkan isi sabda yang dibacakan.
Dalam tradisi jemaat Korintus, telah terjadi pembagian  tugas pelayanan dalam ibadat bersama. Walaupun ada pembagian tugas pelayanan, peran laki- laki sangat dominan seperti halnya pada tradisi Yahudi. Pada masa Yustinus Martir, tidak ada kejelasan mengenai siapa petugas pembaca itu. Di sini hanya dikatakan “seorang pembaca”, tidak jelas laki-laki atau perempuan. Namun, peran  lektor sebagai pembaca sangat tegas dan jelas diungkapkan Yustinus Martir dalam  Apologi pertamanya.
Perkembangan lain terjadi pada masa Tertullianus. Pada masa itu, peran umat biasa semakin berkurang. Pembacaan sabda di dilakukan oleh lektor yang sudah dikhususkan, maksudnya orang awam yang masuk dalam Ordinationis. Dalam perkembangan selanjutnya, lektor ditempatkan sebagai sebutan salah satu tahap dalam pendidikan calon imam, yakni Pelantikan Lektor Akolit.
Perubahan lektor yang sangat berarti terjadi pada akhir abad ke-4 dan awal abad ke-5. Pada masa itu, tugas membacakan sabda diserahkan kepada awam. Mereka dipercaya membacakan di depan umum. Pada abad pertengahan, perkembangan lektor seakan–akan terputus akibat  semakin maraknya kebiasaan umat merayakan Ekaristi pribadi di kalangan klerus (rohaniwan). Liturgi menjadi liturgy klerus dan awam semakin terasing dari Liturgi Gereja.
Pada masa Konsili Trente sampai Konsili Vatikan II, struktur uskup, imam, diakon, dan lektor masih tetap dipertahankan. Persoalan lektor awam belum mendapat tanggapan yang serius dari para Bapa Konsili.
Akhirnya, sejak Konsili Vatikan II hingga sekarang, perkembangan yang luar biasa terjadi. Gereja mau membuka sendiri, mau mengadakan perubahan di segala bidang kehidupan. Pertisipasi umat beriman (awam) dalam liturgi, termasuk lektor semakin digalakkan. Lektor tidak lagi eksklusif untuk kalangan terthabis, namun diberlakukan juga untuk awam dengan suatu pelantikan.

Syarat Penting Menjadi Seorang Lektor



Untuk menjadi petugas pelayan yang penting dalam Perayaan Ekaristi tersebut, dibutuhkan beberapa persyaratan. Berikut persyaratan menjadi seorang lektor versi web Panduan Lektor | SilSurya.xyz.



  1. Pertama- tama yang harus dimiliki seorang lektor adalah NIAT, yang meliputi kemauan bertugas, kemauan berlatih terus-menerus, dan ma u terus berkembang dalam iman.
  2. Sesudah memiliki kemauan, ia harus mempunyai kemampuan. Kemampuan yang dituntut seorang lektor adalah kemampuan membacakan dan mengerti isi bacaan yang baru saja dibacakan. Setelah mempunyai kemampuan membaca dan mengerti isi bacaan, seorang lektor dituntut untuk mengimani apa yang dibacakan
  3. Selain membacakan untuk orang lain, seorang lektor harus terlibat, mendengarkan bacaan itu sehingga ia sungguh- sungguh menjadi pewarta apa yang ia sendiri hayati dan imani.
  4. Selanjutnya, ia harus mempunyai semangat kerja sama di dalam diri lektor. Semangat kerja sama ini sangat penting di dalam Perayaan Ekaristi. Dengan semangat kerja sama ini, diharapkan dimensi kebersamaan, kesatuan dalam Perayaan Ekaristi. Kerja sama ini dapat terwujud oleh lektor dengan sesama lektor, dengan tim liturgi gereja, dengan pastor yang memimpin, dengan tim liturgi lainnya.
  5. Sebagai petugas atau pelayan umat, seorang lektor harus siap untuk mendapat masukan, kritikan, evaluasi, dan perbaikan- perbaikan yang bersifat membangun, bahkan tanggapan atau komentar yang sinis dari umat lain. Dengan kerendahan hati dan keterbukaan hati untuk mendengar dan memperhatikan masukan yang ada, seorang lektor akan semakin berkembang dan pelayanan gereja akan semakin ditingkatkan sehingga karya keselamatan Allah semakin dapat dirasakan dan dihayati semua umat beriman yang hadir dalam Perayaan Ekaristi yang sedang dirayakan bersama- sama.
  6. Yang terpenting  dari semuanya itu adalah bahwa seorang lektor berusaha untuk selalu mencintai Kitab Suci.

Enam Tips Mengatur Suara untuk Seorang Lektor

Kalau kita membaca, kita tentu ingin supaya suara kita dapat mencapai orang yang hadir, juga mereka yang duduk di pojok paling jauh. Untuk itu kita dapat meninggikan suara, sebab suara yang yang tinggi dapat juga lebih keras. Tetapi cara itu kurang baik. Kalau kita terus berbicara dengan suara tinggi, selaput suara diforsir. Apalagi suara kita menjadi dapat dibuat – buat dan kurang enak untuk didengar.
Maka perhatikan supaya mulai membaca dengan suara yang cukup rendah. Ketinggian suara yang baik ialah ketinggian yang kita pakai untuk berbicara biasa. Dalam pembacaan Kitab Suci, seorang lektor perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain: Artikulasi, Intonasi, Power, Pause/Jeda, Prasering, dan Penjiwaan. Berikut ulasan dari web Panduan Lektor | SilSurya.xyz.



Artikulasi
Membaca lambat adalah syarat mutlak untuk mengucapkan setiap kata dengan baik. Dalam pembicaraan yang cepat, pengucapan kata-kata sering salah dan beberapa kata sama sekali tertelan dan juga beberapa huruf dianaktirikan (hilang diantara huruf-huruf yang lain. Maka demi pengucapan yang baik, lector harus membaca agak lambat. Tetapi kita harus memperhitungkan juga bagaimana kondisi tempat kita berbicara.

Intonasi
Kalau bernyanyi, kita mengucapkan kata-kata dengan memakai suatu lagu. Lagu-lagu itu terdiri dari nada-nada yang dapat ditulis dengan angka. Angka lebih tinggi berarti: nada suara naik, angka lebih rendah berarti: nada suara turun.
Misalnya: kalau orang berseru dengan heran “ehh”, suara dapat naik beberapa not. Tetapi jika orang nmengerang kesakitan “aduh”, suarah dapat turun sampai satu oktaf. Itulah yang disebut intonasi lagu dalam membacakan buku bacaan atau membacakan Kitab Suci.
Menurut Pastor J.Waskito, SJ, nada suara seorang lector ada dua yakni Arsis (kalimat yang tekanan kalimat terakhirnya dinaikan) dan Thesis (kalimat yang tekanan kalimat pada akhir kalimat diturunkan)

Power dan Pemakaian Mic
Banyak gereja memakai pengeras suara, yaitu suatu pelengkap teknik yang terdiri dari mic (microphone), amplifier, dan loundspeaker, yang bertujuan untuk memperluas jangkauan suara pemimpin ibadat atau lektor.
Seorang lektor harus tahu bagaimana pengeras suara dapat dimanfaatkan dengan baik. Banyak pengeras sura tidak memenuhi syarat, kadang- kadang lebih menggagu daripada menolong, karena peralatannya kurang sesuai untuk ruang doa itu, atau karena salah pasang, atau karena alat-alat yang dipakai kurang bermutu. Maka seorang perlu memperhatikan beberapa hal berikut.
  • Apakah volume pengeras suara sesuai dengan suara anda? Mungkin pastor yang sedang memimpin Perayaan Ekaristi kebetulan mempunyai suara yang lemah. Kalau demikian, mungkin sekali pengeras suara di gereja disetel terlalu keras untuk suara anda. Padahal tidak mungkin mengubah volume pengeras suara setiap kali seorang lektor lain tampil ke mimbar.
  • Lektor harus pandai menentukan jarak. Ya, anda sendiri sebagai lektor harus mengatur volume dengan mengambil posisi lebih dekat atau lebih jauh dari mic. Semakin jauh dari mic, semakin lemah suara pengeras dan sebaliknya. Kalau jarak anda dengan mike sudah tepat, jangan maju mundur lagi, tetapi pertahankan jarak yang sama, supaya suara yang keluar dari pengeras jagan pasang surut terus.
  • Ingat, pengeras suara bukan siaran radio. Secara teknis mungkin saja seorang lektor berbicara dengan suara lemah, seperti orang yang duduk-duduk di angkringan sambil minum teh. Asal dekat sekali dengan mic, suara lemah dapat menjadi cukup besar untuk didengar melalui pengeras. Cara bicara yang demikian adalah  cocok intuk digunakan di depan mic di studio radio atau di TV.
Lektor sendiri hampir tidak dapat menentukan apakah akibat suara pemakaian olehnya. Maka itu membutuhkan koreksi dan petunjuk dari orang lain. Maka, lebih-lebih  berhubungan dengan pemakaian mic, berlakulah nasihat: jangan ragu-ragu minta kritik dari pendengar!

Pause/Jeda
Unsur ini diperlukan untuk meresapkan pesan dari Kitab Suci bagi umat, juga untuk mengganti suasana.

Frasering
Frasering adalah pengelompokkan kata tetapi belum menjadi kalimat. Contoh: Tetapi seorang Farisi dalam Mahkamah Agama itu / yang bernama Gamaliel, … (Kis.5: 34).  Pengelompokkan kata salah, artinya bisa lain. Contoh: Kamu suka makan jambu / monyet?

Penjiwaan
Penjiwaan itu mantab bila kelima kriteria di atas itu terpenuhi. Bila satu diantara lima kriteria di atas tidak tepenuhi, maka penjiwaan menjadi “kering”.


Tips Pernapasan yang Tepat Untuk Tugas Lektor

Mungkin kita sudah pernah ujian secara lisan. Mungkin juga kita sudah pernah ditugaskan untuk berbicara di depan umum. Dalam keadaan itu saraf kita menjadi tegang sedang pernapasan menjadi tersendat-sendat. Cara bernapas yang kurang teratur itu mempersulit pembicaraan, mungkin sampai kita tak dapat mengeluarkan sepatah kata pun.
Hal itu tidak mengherankan, sebab untuk berbicara kita harus mengeluarkan napas. Oleh napas yang dikeluarkan, selaput suara mulai bergetar. Maka napas itu mulai kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Tariklah napas dengan cepat tetapi dalam. Keluarkan napas dengan sehemat-hematnya. Hal hal ini yang juga dilakukan oleh orang yang bernyanyi.




Cara terbaik sebelum seorang lektor membacakan Kitab Suci adalah dengan mengontrol pernapasan. Tariklah napas panjang dengan sadar beberapa kali sebelum mulai membaca. Maka kita pasti akan dapat membaca dengan lebih tenang serta dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi.
Seorang lektor perlu memperhatikan pernapasan yang dipakai saat membacakan Kitab Suci. Untuk memperjelas, ada dua cara untuk bernapas:

Pernapasan dada
Bernapas dengan hanya memakai rongga dada bagian atas. Kalau memakai cara ini hanya bagian atas rongga dada agak mekar sedang bahu agak ditarik maju.

Pernapasan perut
Bernapas dengan memakai rongga dada bagian bawah. Kalau memakai cara ini, rusuk diangkat sedang perut juga turut mekar. Agar dapat bernapas dengan baik, jangan memakai ikat pinggang atau pakaian yang terlalu kencang.

Bagaimana kalau bernapas melalui hidung atau mulut?
Menghela napas sebaiknya melalui hidung. Tetapi cara itu hanya dapat dipakai kalau istirahat di antara kalimat- kalimat cukup panjang. Kalau seorang pembaca hanya dapat istirahat singkat saja, maka ia terpaksa menghelas napas melalui mulut.
Sebaiknya kalau pada waktu persiapan, pembaca sudah menentukan pada saat apa ia akan menghela napas. Dengan cara itu dapat di jaga supaya pembacaan jangan sekonyong-konyong terputus karena pembaca kehabisan napas.

Copyright © Panduan Lektor | herjuna.com | Powered by Blogger
Design by Viva Themes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com